Limapuluh Kota,Beritasumbar.com-Lembah Harau,sebuah daerah di Limapuluh Kota yanag sudah tidak asing lagi di mata para traveller dunia. Lembah yang di kelilingi tebing terjal dan Hutan serta Air terjun cukup mampu memukau para wisatawan yang berkunjung. Tebing terjalnya menantang andrenalin para pemanjat tebing.
Saat ini salah satu visi dan misi daerah ini memajukan pariwisata. Disampul Harau menuju dunia program mulai di geber. Namun ada sedikit kendala di awal langkah menyangkut kondisi kawasan Harau yang berada dalam hutan reservasi. Untuk itu Plt Kadis Kebudayaan,pariwisata pemuda dan olah raga Kabupaten Limapuluh Kota Yatmiko tidak patah semangat. Panggilan jiwa bagi tokoh muda ini untuk mampu mengsukseskan Harau menuju Dunia.
Tekad memajukan Harau Menuju Dunia diakui Yatmiko, kini terkendala oleh aturan ‘kawasan’ yang serba tidak boleh. ‘Kawasan’ disebut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) merupakan kawasan strategis pembenahan prasarana pariwisata.
“Harau sebagai destinasi pariwisata tengah kita prioritaskan menjadi destinasi yang menjadi income daerah yang tinggi. Pariwisata itu dibangun dengan tiga faktor; destinasi atau tujuan wisata, sarana dan prasarana, dan masyarakat sadar wisata. Fokus kita terhadap pariwisata, terutama pembenahan Harau yang terkendala aturan pusat!” kata Yatmiko di Harau, Rabu (22/3)
Aturan pusat?. Sebagai kawasan hutan lindung ada bagian-bagian Harau yang tak bisa disentuh. Padahal, Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota hendak menjadikan Harau sebagai kawasan wisata yang ramah dan baik rupa.
Disebutkan Yatmiko saat berbincang-bincang dengan awak media yang tergabung dalam Forum Jurnalis Wisata Luak Limopuluah, misalnya saja deretan warung di depan air mancur di Aka Barayun yang hendak digeser bangunannya lebih rapi dan permanen ke belakang, sayang tidak boleh oleh BKSDA.
“Alasannya itu kawasan hutan lindung. Padahal dengan digeser sedikit dengan rangka-rangka bangunan yang sebelumnya sudah ada itu, akan memberi kesan lapang dan tertib. Kesulitan kita masih berkutat di itu ke itu saja. Regulasi yang terlalu mengekang. Sebab, Harau hanya sekian saja kepemilikan Pemkab, selebihnya kawasan pusat dan masyarakat,” sesal Yatmiko.
Yatmiko yang besar dan tumbuh di kawasan Harau sedari muda, sangat gigih mengupayakan kemajuan pariwisata Harau ini. Meski baru sebulan jadi Plt Kadis Budparpora Limapuluh Kota menggantikan H. Novyan Burano yang telah mangkat, ia langsung menggebrak ke Harau. Program Harau to the world yang dicanangkan itu membungakan hatinya.
“Sejak muda, saya ikut memanjat tebing Harau bersama para “climber” nasional dan internasional. Potensi pariwisata Harau harus dikemas dengan sinergi pusat dan daerah. Makanya, kawasan wisata Lembah Harau ini kita tekadkan menjadi income utama bagi Limapuluh Kota,” kata Yatmiko bersemangat.
Termasuk hadirnya Forum Jurnalis Wisata Luak Limopuluah (FJW50) harus diapresiasi sebab akan memberikan warna bagi kegiatan pengembangan kepariwisataan di Limapuluh Kota. Disebutkan Aldavery, hadirnya FJW50 secara legal kelembagaan, nantinya akan menyentuh seluruh kegiatan wisata alam, wisata rohani, wisata dalam arti seluas-luasnya.
Ide awal hadirnya FJW50 dari kontemplasi dan perdebatan para jurnalis pecinta kemajuan wisata di Limapuluh Kota, yang ingin ikut memberi warna dan keajegan bagi wisata di daerah ini. FJW50 tidak menutup diri bahwa akan hadir forum-forum lainnya.
“Silakan saja. Makin banyak, makin berwarna, makin sukses wisata di Limapuluh Kota,” pungkas Aldavery, bersama para jurnalis muda yang bervisi kemajuan ini.
Baca berita selengkapnya di sini..
from Berita Sumbar
via BeritaSumbar.com
Comments
Post a Comment