Padang,BeritaSumbar.com,-Pentingnya keberadaan museum untuk benteng peradabaan serta manfaatnya bagi kebijakan pembangunan. Topik ini dibahas dalam Bimtek Pengelola Museum Se Provinsi Sumatera Barat Yang diadakan dinas pendidikan dan kebudayaan dengan pemberi makalah Yulfian Azrial / Budayawan, Kepala Balai Literasi Indonesia. Acara bimtek ini digelar di Kota Padang dari 24-26 April kemaren.
Beberapa cuplikan materi yang disampaikan yulfian Azrial pada acara ini, “JIKA terjadi Perang Dunia atau perang besar yang melibatkan banyak negara dan menewaskan sejumlah besar generasi manusia muka bumi ini dari bangsa-bangsa besar di dunia, maka yang paling cepat bangkit dan mampu kembali berbenah ( recovery ) tentulah bangsa dan negara yang mampu melindungi museum dan literasinya.
Apalagi bila perang itu telah menghancurkan berbagai produk kebudayaan mereka dan telah meluluhlantakkan berbagai aset-aset kebudayaan ummat manusia di muka bumi ini. Begitu juga bila terjadi musibah seperti bencana alam yang super dahsyat.”
“Budaya bermuseum itu sejatinya adalah Budaya Asli Masyarakat Adat Alam Minangkabau (Mulayunesia), juga masyarakat Islam pada umumnya. Filosofinya “Alam Takambang Jadi Guru ; Dibalun sabalun kuku, dikambang salaweh Alam,”
Kristalisasi literasi Ajaran dari Alam Takambang jadi Guru inilah yang terangkum pada koleksi yang berupa ornamen-ornamen yang terdapat di bangunan adat Alam Minangkabau seperti pada Rumah Gadang, Balai, Surau, Gobah, Palanta, dll. Bahkan saya berani mengatakan inilah konsep Museum Post Modern. Namun yang jadi pertanyaan sekarang, Kemana konsep Museum Modern dunia saat ini?
Mak Yum panggilan akrab Yulfian Azrial dikalangan generasi muda ini juga memaparkan alasan alasan pentingnya keberadaan museum.
Setidaknya ada 4 alasan utama yang sangat strategis
a. Museum Jadi Penentu Peradaban
b. Rujukan Identitas Karakter Bangsa
c. Rujukan Kebijakan Pembangunan
d. Lokomotif Pembangunan Wilayah
Hanya orang-orang yang mampu berpikir cerdaslah, orang-orang yang memiliki kearifan dan kematangan wawasan keilmuan sajalah, yang akan mampu memahami museum sejatinya adalah benteng peradaban dan lokomotif yang ampuh untuk membangun bangsa. Apalagi para founding father kita Bangsa Indonesia mendirikan Republik Indonesia ini berlandaskan kebudayaan.
Sayangnya saat ini masyarakat, termasuk para penentu kebijakan (terutama eksekutif dan legislatif) pemimpin, bahkan ilmuwan kita banyak yang tidak memahami eratnya kaitan pembangunan bangsa dengan kebudayaan dan museum. Buktinya sebagian besar mereka masih beranggapan bahwa budaya dan museum hal yang ‘remeh temeh’ yang tidak banyak maknanya dalam upaya membangun bangsa. Sehingga faktanya pembinaan dan penganggaran Museum sering dipinggirkan. Banyak museum dipediarkan tak layak, ujar Mak Yum dalam menyampaikan materi diacara bimtek ini.
Kepada peserta yang hadir, yulfian Azrial selaku pemakalah menyampaikan pesan “Keberadaan museum jangan lagi dipandang hanya sebagai kata benda belaka, tetapi pandang dan sikapilah sebagai kata kerja. Sebab, menempatkan museum hanya sebagai kata benda, akan membuat museum sekadar menjadi kuburan masal bagi koleksi benda-benda mati yang kaku dan statis. Tetapi menempatkan museum sebagai kata kerja akan membuat museum dan koleksinya menjadi dinamis ; hidup dan menghidupkan peradaban atau kebudayaan pada umumnya”
Pesan ini juga dituangkan Yulfian Azrial dan Noviyanti dalam Buku Pengantar MUSEOLOGI ( Buku MUSEOLOGI Pertama Di Indonesia). Yang mana buku itu mereka tulis berdua.
Acara Bimbingan Teknis ini Diikuti Oleh Para Pengelola Museum Se Sumatera Barat. Perwakilan Bagian Kebudayaan masing-masing Kota dan Kabupaten Se Sumatera Barat.Dengan Narasumber : Dr. Kresno Yulianto (Pakar Manajemen Museum Universitas Indonesia), Yulfian Azrial (Budayawan Kepala Balai Literasi Indonesia), Nurmatias Zakaria (Kepala BPCB Sumbar/Riau/Jambi), Prof.Dr. Herwandi MHum ( Akademisi), Noviyanti SH,MM (Ketua AMIDA Prov. Sumatera Barat, Penulis Buku Museologi Pertama di Indonesia) serta Taufik Efendi Spd,MM, dan Drs.Syaifullah MM,Dari Dinas Kebudayaan Prov. Sumbar)
Dr Kresno Yulianto (Pakar Manajemen Museum Universitas Indonesia) pada acara tersebut memberikan komentar “Sumatera Barat memang Luar Biasa. Kaya dengan potensi Museum yang bakal mencerdaskan anak bangsa. Bekas Tambang Batu-bara saja bias disulap menjadi Objek Wisata Tambang, lengkap dengan museumnya.
Di Lima Puluh Kota juga tengah dibangun Moseum Nasional PDRI. Ternyata di Bukittinggi juga ada Bank Nasional 1930, Bank pribumi pertama di Indonesia. Juga sekaligus tempat magangnya Margono Joyohadikusumo yang memulai pendirian Bank Negara Indoesia (Bank BNI 46) di salah satu ruangan di sana.
Apalagi cikal Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia) juga ada di Halban, dan sangat terkait dengan Bank Nasional 1930 ini. Informasi ini baru saja saya peroleh dari Bapak Yulfian Azrial Budayawan Nusantara kebanggaan kita asal Minangkabau yang juga penulis Buku Museologi pertama di Indonesia. “Bila memang ada yang ingin membangun Museum Perbankan di sana. Ini tentu sangat luar biasa. Terus terang saya sangat mendukungnya…” ujar Kresno Yulianto”(***)
Baca berita selengkapnya di sini..
from Berita Sumbar
via BeritaSumbar.com
Comments
Post a Comment